Rabu, 03 Oktober 2012

ROK MINI MENCULEK MATA

ROK MINI "DIMATA LELAKI"
Soal rok mini ini memang menggelitik.
Saya sendiri di dalam dilema yang besar.
Alasannya, pertama karena saya laki-laki.
Kedua, karena saya belum pernah memakai rok
mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir
perspektif saya terhadap rok mini ini menjadi
sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan ngawur.
Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan
pertanyaan kepada setiap pengguna rok mini atau
celana super pendek di area publik demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar
saya tidak salah sangka :
1. "Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini
yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh
menikmati paha mbak?"
2. "Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami
melihatnya?"
3. "Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana
seharusnya kami boleh menikmati paha mbaknya
biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-
sama menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga dilihati?"
Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk
ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil
kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan
sampai saat ini, (malu nanyanya).
Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan ETIKA yang
saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial
yang buruk.
Ada yang bilang ini soal iman.
Kalau iman kuat, rok mini lewat.
Saya kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan timbul pikiran bukan-
bukan ketika menjumpai perempuan muda
berpaha indah memakai rok mini atau celana
pendek sekali di tempat umum.
Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku
beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya
sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau
ada yang bilang, "Pikiran situ saja yang jorok"
Duh, ingin sekali saya jawab :
"Saya sudah susah payah membersihkan pikiran
dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokk an paha, memaksa untuk dilihat" Soal hak, semua memang punya hak masing-
masing.
Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi
sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang
lain.
Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak.
Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-
orang yang bergantung hidupnya pada perokok
boleh melarang orang untuk merokok. Tetapi
ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak
aman untuk orang lain. "Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok,
atau menggunakan helm full face saja biar asapnya
tidak terhirup oleh saya"
Gimana kalau perokok menjawab :
"Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau
memang tidak suka bau asap" Kira-kira Anda mau langsung mengajak adu
hantam tidak?
Mamainkan musik adalah hak.
Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjre ng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan
membuat tidur orang terganggu tidak?
Gimana kalau ketika ditegur si penggitar
menjawab :
"Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan
suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot"
Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak?
Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di
studio musik kedap suara, saya kira volume
sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal
tidak jadi masalah untuk orang lain. Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant.
Di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik.
Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di
kamar, tidak pakai rok pun akan semakin
menambah suasana jadi lebih sesuatu banget dan
semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.
Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di
jalanan,, duuuh buyung, please mbak, bu, kalau
sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena
nafsu dan pikiran saya akan saya manage
sedemikian rupa sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya
meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya
dan tak tau tempat?? (pikir aja sendiri)
Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit
jiwanya.
Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka
tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan
orang lain, berapapun biaya material dan sosial
yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan
mereka di penjara seumur hidup.
Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah,
salah satunya dengan tidak mengguanakn rok mini
di tempat umum.
Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap
menarik (tanpa menggoda) dan pantas.
Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau
memang rok mini telah menjadi sumber
penghasilan pengenanya.
Mbak-mbak, ibu-ibu.. Sebagai lelaki, saya selalu
mengagumi perempuan. Dalam teori saya,
perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian
tubuh, sudah seperti keindahan yang menyeluruh.
Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka
bicara, suka berdandan, suka menunjukkan
keindahan dirinya. Itu memang kodratnya.
Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda
caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu
suka bicara, suka berdandan, menunjukkan
keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak.
Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat
sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi.
Maka, seperti Bang Napi bilang,
"KEJAHATAN TERJADI BUKAN HANYA NIAT
PELAKUNYA, TAPI KARENA ADA KESEMPATAN"
Waspadalah... Waspadalah....! !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar